Label

Pages

Senin, 29 April 2013

Dreaming



                Sejenak ku menyempatkan diri untuk merehatkan otot-otot kakuku setelah pelajaran Exacta menyerbuku seharian di sekolah. Benar-benar melelahkan. Ditambah lagi jam tambahan fisika mengurangi free space di memory otakku. Benar-benar melelahkan.
                Hampir empat kali aku melihatnya dihadapanku. Kelasnya memang jauh. Butuh waktu sekitar 2 menit untuk menjangkaunya. Tapi beruntungnya tak  jarang ia mondar-mandir di hadapanku. Entah di masjid,kantin,koperasi bahkan di toilet. Meski Cuma empat kali dan kadang tidak sama sekali,aku tetap bersyukur atas waktu-waktu itu. Waktu-waktu terindah menurutku. Iya… J meski Cuma sepersekian detik dalam sehari.
                Kudapati tubuhku lelah setelah aku benar-benar sadar bahwa aku memang lelah. Dan ketika aku memasuki ruang yang sekitar 3x4 meter,mungil tapi super nyaman,aku tergoda untuk segera merebahkan tubuhku. Meski belum satupun seragam terganti dari tubuhku.
                Sesuai kebiasaan rutinku sebelum tidur,selain berdoa otakku juga otomatis mereview moment-momrnt indah menurutku. Moment ketika aku bertatapan dengan dia. Lelaki  tidak terlalu tinggi, putih dan mancung,tapi mengesankan. Raffa… J
                Tak lama,temanku yang juga teman dekatnya menelponku,mengajakku untuk melihat karnaval kota di pusat kota.
                “Aku baru sampai rumah Tam,kenapa tadi tidak bicara di sekolah? Langsung berangkat sekalian. “ pendapatku lemas
                “Maaf Disha cantik… tadi aku sengaja tidak bicara di sekolah,karena aku tau tadi kamu lapar dan terlihat lemas. Aku kira kamu butuh istirahat beberapa menit dahulu sebelum pergi bersama kita. Hehehehe. Bagaimana? Kamu ikut ya? Please Disha J “ balasnya memaksa
                “Sama siapa saja? Tomi? Lalu aku disana untuk apa Tamara sayang? “
                “Aku,Tomi dan Raffael” nadanya mulai cekikikan
Tamara memaksaku untuk ikut yang sebenarnya dia tau,jelas aku tidak bisa untuk berada di jarak yang super dekat. Apalagi untuk meilhat karnaval bersama. Butuh waktu yang jauh lebih lama daripada mengerjakan 40 butir soal fisika menurutku.
                “Apa?? Kamu sengaja membuatku mati kaku di hadapannya? Kamu tau kan…
                “Disha cantik... Raffa yang mengajakku pergi sama teman dekatnya tentunya. Si Tomi…hehehe” potongnya
                Jelas tak ada pikiran apapun selain memikirkan apa yang harus aku lakukan nanti saat detik-detik melintas dihadapanku dan Raffa. Haruskah aku jadi wanita bodoh lagi? Haruskah aku bersikap bodoh lagi? Apa iya aku harus diam seperti patung ? Tuhaaan… tuntun aku nanti…
                “Disha… Dish?? Kamu tidur ya? Dishaaa…. “ Teriaknya
                “Iya Tam…. Iya aku ganti baju…”
                “15 menit lagi aku sampai di rumahmu… Bye…”
                Detik-detik tertakutku datang dan saat ini aku ada di hadapannya. Tepat berda di hadapannya. Dihadapan orang yang sejak dulu aku puja. Sekarang ia terkikik,tertawa kecil melihat karnaval kota. Dia benar-benar Raffael Putra.
                Berkali-kali ia mengajakku sedikit bersuah. Membahas tentang apa saja yang melintas di otakknya untuk menolongku dari kekakuan sepertinya. Dan tetap tak lebih dari satu kalimat dan tak pernah lebih untuk menjawabnya. Iya lah…. Aku benar-benar patung bodoh. Tuhaaaannn apa yang harus aku lakukan saat ini. Dan hebatnya lagi,dia bukan lelaki penyerah,tetap bersi kukuh mengajakku bersuah. Memang Raffael Putra laki-laki pantang penyerah menurutku.
                “Kamu haus,atau capek gara-gara berdiri terlalu lama?” Tanyanya bijak
                Berdiri terlalu lama? Baru 3 jam berdiri kamu bilang lama? Tidak Raffa. Ini tidak ada apa-apanya dibanding aku yang sejak dulu memujamu.
                “Hemm? Enggak-enggak… ga apa kok,tenang aja.” Jawabku gugup
                “tapi kok dari tadi diam? Kamu lapar? Atau apa?”
                “Enggak Raffa,aku ga aa-apa”
                Ya Tuhan… barusan aku menyebut namanya tepat dihadapannya. Tidak seperti biasanya yang hanya bisa menyapanya dalam diam. Dan hebatnya dia tersenyum sangat tulus. Lebih tulus dari apa yang pernah Raffa lakukan.  Terimakasih Tuhan. Aku ingin menghentikan waktu disini. Sungguh…!
                Tapi tiba-tiba kaki kananku terperosok karena ramainya penonton karnaval kota dan bahu raffa yang semakin mendekat. Gubraaaaakkkkk….. Dan ini kali kesekian aku terbangun dari mimpi gara-gara terjatuh dari kamar tidur.

                “Terimakasih Tuhan karena lagi-lagi  Engkau telah mengundangnya dalam mimpi-mimpiku…” J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar