Sejenak
ku menyempatkan diri untuk merehatkan otot-otot kakuku setelah pelajaran Exacta
menyerbuku seharian di sekolah. Benar-benar melelahkan. Ditambah lagi jam
tambahan fisika mengurangi free space di memory otakku. Benar-benar melelahkan.
Hampir
empat kali aku melihatnya dihadapanku. Kelasnya memang jauh. Butuh waktu
sekitar 2 menit untuk menjangkaunya. Tapi beruntungnya tak jarang ia mondar-mandir di hadapanku. Entah di
masjid,kantin,koperasi bahkan di toilet. Meski Cuma empat kali dan kadang tidak
sama sekali,aku tetap bersyukur atas waktu-waktu itu. Waktu-waktu terindah
menurutku. Iya… J
meski Cuma sepersekian detik dalam sehari.
Kudapati
tubuhku lelah setelah aku benar-benar sadar bahwa aku memang lelah. Dan ketika
aku memasuki ruang yang sekitar 3x4 meter,mungil tapi super nyaman,aku tergoda
untuk segera merebahkan tubuhku. Meski belum satupun seragam terganti dari
tubuhku.
Sesuai
kebiasaan rutinku sebelum tidur,selain berdoa otakku juga otomatis mereview
moment-momrnt indah menurutku. Moment ketika aku bertatapan dengan dia. Lelaki tidak terlalu tinggi, putih dan mancung,tapi
mengesankan. Raffa… J
Tak
lama,temanku yang juga teman dekatnya menelponku,mengajakku untuk melihat
karnaval kota di pusat kota.
“Aku
baru sampai rumah Tam,kenapa tadi tidak bicara di sekolah? Langsung berangkat
sekalian. “ pendapatku lemas
“Maaf
Disha cantik… tadi aku sengaja tidak bicara di sekolah,karena aku tau tadi kamu
lapar dan terlihat lemas. Aku kira kamu butuh istirahat beberapa menit dahulu
sebelum pergi bersama kita. Hehehehe. Bagaimana? Kamu ikut ya? Please Disha J “ balasnya memaksa
“Sama
siapa saja? Tomi? Lalu aku disana untuk apa Tamara sayang? “
“Aku,Tomi
dan Raffael” nadanya mulai cekikikan
Tamara memaksaku untuk ikut yang
sebenarnya dia tau,jelas aku tidak bisa untuk berada di jarak yang super dekat.
Apalagi untuk meilhat karnaval bersama. Butuh waktu yang jauh lebih lama
daripada mengerjakan 40 butir soal fisika menurutku.
“Apa??
Kamu sengaja membuatku mati kaku di hadapannya? Kamu tau kan…
“Disha
cantik... Raffa yang mengajakku pergi sama teman dekatnya tentunya. Si
Tomi…hehehe” potongnya
Jelas
tak ada pikiran apapun selain memikirkan apa yang harus aku lakukan nanti saat
detik-detik melintas dihadapanku dan Raffa. Haruskah aku jadi wanita bodoh
lagi? Haruskah aku bersikap bodoh lagi? Apa iya aku harus diam seperti patung ?
Tuhaaan… tuntun aku nanti…
“Disha…
Dish?? Kamu tidur ya? Dishaaa…. “ Teriaknya
“Iya
Tam…. Iya aku ganti baju…”
“15
menit lagi aku sampai di rumahmu… Bye…”
Detik-detik
tertakutku datang dan saat ini aku ada di hadapannya. Tepat berda di
hadapannya. Dihadapan orang yang sejak dulu aku puja. Sekarang ia terkikik,tertawa
kecil melihat karnaval kota. Dia benar-benar Raffael Putra.
Berkali-kali
ia mengajakku sedikit bersuah. Membahas tentang apa saja yang melintas di
otakknya untuk menolongku dari kekakuan sepertinya. Dan tetap tak lebih dari
satu kalimat dan tak pernah lebih untuk menjawabnya. Iya lah…. Aku benar-benar
patung bodoh. Tuhaaaannn apa yang harus aku lakukan saat ini. Dan hebatnya
lagi,dia bukan lelaki penyerah,tetap bersi kukuh mengajakku bersuah. Memang
Raffael Putra laki-laki pantang penyerah menurutku.
“Kamu
haus,atau capek gara-gara berdiri terlalu lama?” Tanyanya bijak
Berdiri
terlalu lama? Baru 3 jam berdiri kamu bilang lama? Tidak Raffa. Ini tidak ada
apa-apanya dibanding aku yang sejak dulu memujamu.
“Hemm?
Enggak-enggak… ga apa kok,tenang aja.” Jawabku gugup
“tapi
kok dari tadi diam? Kamu lapar? Atau apa?”
“Enggak
Raffa,aku ga aa-apa”
Ya Tuhan…
barusan aku menyebut namanya tepat dihadapannya. Tidak seperti biasanya yang
hanya bisa menyapanya dalam diam. Dan hebatnya dia tersenyum sangat tulus.
Lebih tulus dari apa yang pernah Raffa lakukan. Terimakasih Tuhan. Aku ingin menghentikan
waktu disini. Sungguh…!
Tapi
tiba-tiba kaki kananku terperosok karena ramainya penonton karnaval kota dan
bahu raffa yang semakin mendekat. Gubraaaaakkkkk….. Dan ini kali kesekian aku
terbangun dari mimpi gara-gara terjatuh dari kamar tidur.
“Terimakasih Tuhan karena lagi-lagi Engkau telah mengundangnya dalam
mimpi-mimpiku…” J