Label

Pages

Senin, 29 April 2013

Dreaming



                Sejenak ku menyempatkan diri untuk merehatkan otot-otot kakuku setelah pelajaran Exacta menyerbuku seharian di sekolah. Benar-benar melelahkan. Ditambah lagi jam tambahan fisika mengurangi free space di memory otakku. Benar-benar melelahkan.
                Hampir empat kali aku melihatnya dihadapanku. Kelasnya memang jauh. Butuh waktu sekitar 2 menit untuk menjangkaunya. Tapi beruntungnya tak  jarang ia mondar-mandir di hadapanku. Entah di masjid,kantin,koperasi bahkan di toilet. Meski Cuma empat kali dan kadang tidak sama sekali,aku tetap bersyukur atas waktu-waktu itu. Waktu-waktu terindah menurutku. Iya… J meski Cuma sepersekian detik dalam sehari.
                Kudapati tubuhku lelah setelah aku benar-benar sadar bahwa aku memang lelah. Dan ketika aku memasuki ruang yang sekitar 3x4 meter,mungil tapi super nyaman,aku tergoda untuk segera merebahkan tubuhku. Meski belum satupun seragam terganti dari tubuhku.
                Sesuai kebiasaan rutinku sebelum tidur,selain berdoa otakku juga otomatis mereview moment-momrnt indah menurutku. Moment ketika aku bertatapan dengan dia. Lelaki  tidak terlalu tinggi, putih dan mancung,tapi mengesankan. Raffa… J
                Tak lama,temanku yang juga teman dekatnya menelponku,mengajakku untuk melihat karnaval kota di pusat kota.
                “Aku baru sampai rumah Tam,kenapa tadi tidak bicara di sekolah? Langsung berangkat sekalian. “ pendapatku lemas
                “Maaf Disha cantik… tadi aku sengaja tidak bicara di sekolah,karena aku tau tadi kamu lapar dan terlihat lemas. Aku kira kamu butuh istirahat beberapa menit dahulu sebelum pergi bersama kita. Hehehehe. Bagaimana? Kamu ikut ya? Please Disha J “ balasnya memaksa
                “Sama siapa saja? Tomi? Lalu aku disana untuk apa Tamara sayang? “
                “Aku,Tomi dan Raffael” nadanya mulai cekikikan
Tamara memaksaku untuk ikut yang sebenarnya dia tau,jelas aku tidak bisa untuk berada di jarak yang super dekat. Apalagi untuk meilhat karnaval bersama. Butuh waktu yang jauh lebih lama daripada mengerjakan 40 butir soal fisika menurutku.
                “Apa?? Kamu sengaja membuatku mati kaku di hadapannya? Kamu tau kan…
                “Disha cantik... Raffa yang mengajakku pergi sama teman dekatnya tentunya. Si Tomi…hehehe” potongnya
                Jelas tak ada pikiran apapun selain memikirkan apa yang harus aku lakukan nanti saat detik-detik melintas dihadapanku dan Raffa. Haruskah aku jadi wanita bodoh lagi? Haruskah aku bersikap bodoh lagi? Apa iya aku harus diam seperti patung ? Tuhaaan… tuntun aku nanti…
                “Disha… Dish?? Kamu tidur ya? Dishaaa…. “ Teriaknya
                “Iya Tam…. Iya aku ganti baju…”
                “15 menit lagi aku sampai di rumahmu… Bye…”
                Detik-detik tertakutku datang dan saat ini aku ada di hadapannya. Tepat berda di hadapannya. Dihadapan orang yang sejak dulu aku puja. Sekarang ia terkikik,tertawa kecil melihat karnaval kota. Dia benar-benar Raffael Putra.
                Berkali-kali ia mengajakku sedikit bersuah. Membahas tentang apa saja yang melintas di otakknya untuk menolongku dari kekakuan sepertinya. Dan tetap tak lebih dari satu kalimat dan tak pernah lebih untuk menjawabnya. Iya lah…. Aku benar-benar patung bodoh. Tuhaaaannn apa yang harus aku lakukan saat ini. Dan hebatnya lagi,dia bukan lelaki penyerah,tetap bersi kukuh mengajakku bersuah. Memang Raffael Putra laki-laki pantang penyerah menurutku.
                “Kamu haus,atau capek gara-gara berdiri terlalu lama?” Tanyanya bijak
                Berdiri terlalu lama? Baru 3 jam berdiri kamu bilang lama? Tidak Raffa. Ini tidak ada apa-apanya dibanding aku yang sejak dulu memujamu.
                “Hemm? Enggak-enggak… ga apa kok,tenang aja.” Jawabku gugup
                “tapi kok dari tadi diam? Kamu lapar? Atau apa?”
                “Enggak Raffa,aku ga aa-apa”
                Ya Tuhan… barusan aku menyebut namanya tepat dihadapannya. Tidak seperti biasanya yang hanya bisa menyapanya dalam diam. Dan hebatnya dia tersenyum sangat tulus. Lebih tulus dari apa yang pernah Raffa lakukan.  Terimakasih Tuhan. Aku ingin menghentikan waktu disini. Sungguh…!
                Tapi tiba-tiba kaki kananku terperosok karena ramainya penonton karnaval kota dan bahu raffa yang semakin mendekat. Gubraaaaakkkkk….. Dan ini kali kesekian aku terbangun dari mimpi gara-gara terjatuh dari kamar tidur.

                “Terimakasih Tuhan karena lagi-lagi  Engkau telah mengundangnya dalam mimpi-mimpiku…” J

Sabtu, 23 Februari 2013

Past


            Sejauh ini,bohong kalau aku bilang berhasil menghapusnya dari banyak ingatan yang harus aku ingat. Bahkan mungkin dia juara umumnya. Mungkin sudah tak wajar,tapi aku bisa apa untuk hal ini? Banyak alasan yang harusnya menguatkanku untuk benar-benar lari. Tapi apa? Tindakan-tindakan yang harusnya membuatku sadar masih saja ku anggap biasa. Sekeras apapun usahaku tidak mengingatmu,sekeras itu pula ingatan itu semakin tajam.
            Yang ga habis aku pikir,apa yang menurut orang lain itu sudah lebih dari kata wajar,tapi aku menganggapnya biasa saja. Bilang sayang contohnya. Itu wajar menutku,tapi kata banyak orang itu ga sopan,kurang ajar lebih tepatnya. Iyalah…!! Gadis cantik yang ada di sana sedang memilikinya saat ini.
            Sejak itu,apa yang sudah berhasil sebagian aku hapus,muncul lagi dengan sendirinya. Luar biasa hebat. Bahkan sampai hampir setiap hari aku mengenangnya,mengenang apa yang sudah pernah kita lakukan dulu,2 tahun yang lalu. Aku tau hal itu hal bodoh,tapi aku sadar,rindu datang dengan sendirinya tanpa harus aku memintanya datang.
            “Aku rindu kamu dan siang ini aku mau kita ketemu.” Mintanya bodoh.
            Bertemu?? Kata apa yang harus aku ucapkan nanti. Apa iya aku harus bilang kalau aku rindu? Itu tidak mungkin dan aku tau pasti,air mataku lebih dulu meluncur daripada kata pertamaku.
            Dari  jutaan wanita bodoh,mungkin aku wanita pertama yang harus bodoh karena masa lalu. Ya… dia masa laluku. Sosok yang dulu sangat aku kagumi dan sempat aku miliiki 1 tahun lamanya. Kita teman,sahabat,saudara,keluarga. Luar biasa indah. Entah sejak kapan dan entah juga apa sebabnya semua berubah begitu saja,bukan karena wanita lain,masalah besar,ketidak cocokan atau apa yang orang lain hadapi. Tapi kita berpisah begitu saja. Luar biasanya,kita masih seperti dulu,bedanya aku sudah tidak punya daya untuk rindu dan memintanya datang setiap aku mau.
            Untuk sekian juta detik yang sudah menyitaku untuk berfikir keras,aku memilih untuk tidak menemuinya sekarang. Mungkin lain waktu ketika aku sudah siap. Waktu itu 2 hari menjelang hari ulangtahunku. Bisa ku bayangkan kalau dia adalah orang pertama yang mengucapkannya. Tapi setelah keputusanku untuk tidak menemuinya membuatnya ambil langkah. Ia lebih memilih untuk tidak lagi menggangguku,katanya. Padahal,jika boleh jujur aku jauh lebih suka di ganggunya walupun Cuma beberapa menit dari ratusan menit yang ada.
            Dan apa yang menggangguku 2 hari ini terakhir ini tak terjadi. Dia bukan orang pertama,kedua,ketiga bahkan yang terakhir. Ulangtaun hampa ku. Entah…

Senin, 21 Januari 2013

Ujian dan Hikmahnya



                Hari itu tepatnya hari Minggu. Dimana hari yang bener-bener gue tunggu. Gue bangun sekitar jam 9 pagi. Awalnya gue nyantai karena gue pikir hari ini harinya bakal panas. Nah gue nyuci baju seragam gue yang mau gue pake besok Senin. Pas udah gue cuci,gue jemur dong tuh baju. Oke kelar….!!
                sambil nunggu jemuran gue kering,gue nganter Ibu gue ke pasar. Jalanan masih panas. Jemuran gue? Amaaaaaannnn J
                
                ga lama setelah Ibu beli ini itu,gue keluar dong dari pasar. Gue dan motor kurang ajar gue berhenti di tukang rambutan yang mangkal di depan masjid. Mau sholat kali tuh rambutan…! Penjual rambutan maksud gue.. :D *kembali ke topik utama. Oke gue dan Ibu gue berhenti di tukang rambutan. Abis beli rambutan tuh motor yang sejak tadi ga ada masalah sekarang cari masalah kaya nya!! Yaaaaaap betul banget tebakan anda. Motor gue ngadat ga bisa di on kan. Tenang… stay cool… ga usah panik….!! Huuuuuaaaaaa gue ga bawa hape,mau nelfon kakak gue yang ada di rumah buat jemput,apa iya gue harus pake rambutan? Ah salah lagi,efek panik nihh…
               
               Dengan sangat bersahajanya DIA turun dari mobilnya. (ga usah bayangin ada cowo ganteng nolongin,itu Cuma di tv). Nah yang turun dari mobil itu?? Iya,dia nolongin gue.( ga usah cengar-cengir,dia tukang rambutan tadi onah).hhahaha. ga amsalah,siapapun dia yang penting bisa tolongin gue. Di on kan lah itu motor gue. Sampe kurus tuh si bapak rambutan :D setelah ia berhasil kalah mutlak dari tuh motor,rekan kerjanya dateng (pegawai rambutan maksudnya). Sekali,dua kali,tiga kali. Dan berhasiiiillllll…… J
               
              Gue pulang dengan senyum mengembang gue. Dan ga jauh dari tuh tukang rambutan. Awannya nangis. Ujan maksudnya. Beeeeeeuuhh dua kali sial. Ga apa,kan baru dua kali. Jemuran gue??? Huuuuuuuuaaaaaaaa…..!!
            
                sampe di rumah…….

                “Mana jemuran gue…..?”
                
                Daaaaaaaaar……!!! Basah lagi…..
             
               Ga msalah,baru tiga kali sial kan? Belum sampe 7 kali… hhahaha. Gue percaya bahwa Allah ga diem aja,besok juga kering tuh baju. Optimis banget gue. Stelah kering,besok pagi gue berencana setrika tuh seragam.
                Pagi pun tiba…. Seragam kering dan masalah gue selesai…..
               
“Kenapa ni setrika ga nyala lampunya?”

Ya Allaaaah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang… MATI LAMPUUU???
Gimana gue mau berangkat sekolah,baju gue lecek gitu. Ga masalah. Gue sms.in temen gue yang rumahnya ga mati lampu. Berhasilll……..

Dijalan yang 150 meter lagi nyampe rumah temen gue. Gue rogoh Phone sell gue. Kok ga ada?
              
  “Oke gue puter arah ambil tuh Phone sell dirumah”

Sampe dirumah,gue cari seisi rumah ga ada juga benda kecil itu. Dan sms masuk. Deket banget ya bunyinya?? Jyaaaaaaah di saku kanan gue. Dodooooollll….

Oke masalah selesai. Sekarang gimana caranya gue setrika nih seragam,biar gue bisa Try Out di sekolah. Kerumah kakak gue tujuan lainnya. Yeeeeeessss berhasil. Udah pukul 06.35 sekarang. Siap berangkat sekolah daaaaaaaaannnn……….. Kunci kontak gue mana??
                
Nangislah gue disitu. Terpuruk tak berdaya,tergolek lemas. Hari-hari ini ga bersahabat sama gue. Ggue salah apa? Gue hianatin elu ya? *kok jadi drama?

Yaaap gue berangkat kesekolah dengan kecepatan yang udah dilatih coach gue,Valentino Rossi. udah ngebut,tapi gue sadar kalo waktu ga bakal berhenti. Oke gue kejar lu. Ga boleh gue terlambat kali ini. Guru tatib udah pada kenal sma gue. Eh eh eh apa-apaan ini. Si kereta api jurusan mana gue ga tau nyolong gitu ja. Mana lama banget lagi. Ya Allaaaaaaaahhh… apa lagi setelah ini?? (jangan lagi deh)
                GO AHEAD!!!!

“Nah Hikmahnya,jangan berhenti di depan tukang rambutan karena bisa bikin jemuran anda basah dan listrik anda padam.“ hhahaha


"Tuhan memberimu ujian bukan tanpa alasan,melainkan karena Ia begitu mencintaimu. Ia juga tak akan diam saja ketika hambanya memohon bantuan atas Ujian dari-NYA itu" J

I.B.U


Kata apa lagi yang bisa menggambarkannya?
Sosok tercantik di belahan bumi manapun
Bidadari ciptaan Tuhan yang tanpa cela
Kekuatannya jauh di luar batas
Kehebatannya melebihi apapun yang ada di muka bumi
Kebijaksanaannya tak tertandingi oleh siapapun

Tutur bahasanya yang sopan
Tangannya yang lembut
Doanya yang begitu kuat
Senyumnya  yang begitu menguatkan

Bukan mudah mengutusnya turun kebumi
Melainkan dengan tugas-tugas beratnya
Tanpa terelak sedikitpun olehnya
Ia ada di muka bumi dengan tulus membelai ku
Dengan segala kekuatannya,ia menjaga ku
Dengan segala resiko yang akan ia terima,ia melindungi ku

Sungguh mulia…. J

Bidadari itu di Turunkan Tuhan ke bumi untukku
Untuk menjaga ku
Untuk memberi ku kasih sayang
Untuk mengajarkan ku berbicara
Untuk mengajarkan ku berjalan demi setapak
Untuk membimbingku tumbuh
Untuk melihat ku dewasa
Untuk memberi ku arti kehidupan


Dan Bidadari Tuhan itulah yang ku panggil........ IBU J

Angsana Itu Lagi


                
Angsana…. Mengapa kata itu lagi yang selalu muncul di pikiranku? Bukan… bukan hanya di pikiranku,tapi juga di satiap hari-hari. Dengan atau tanpa melihatnya,tetap satu kata itu. Yaaa…. Angsana namanya J. Mahakarya terindah Tuhan. Begitu sempurna,hampir tak ada celanya.
                Pagi ini Angsana muncul di hadapanku. Seperti biasa. Tetap sama. Berdiri bijaksana tanpa menghiraukan hiruk pikiuk keadaan sekitarnya. Dia Angsana terindah. Masih yang terindah. Entah sampai kapan pesonannya tetap seperti itu. Bukan hanya aku. Meraka juga. Bukan tanpa alasan,melainkan karena alasan terkuat ku dan mereka. Alasan yang begitu kuat hingga hampir tak ada alasan lagi untuk melangkah dari tempat semula ku berdiri. Sejak saat itu…  yaaaaa sejak tahun lalu. Tahun lalu dan tahun lalunya lagi.
                Jangan tanya kenapa. Karena aku yakin aku juga tak pernah tau jawabnya. Selain itu,aku juga tak pernah punya daya lebih untuk memikirkannya. Semua berjalan begitu saja. Jangankan hanya sebuah pertanyaan “mengapa”. Untuk memikirkannya saja aku tak punya daya.
              
  
              “Untuk apa? Untuk apa kau menghabiskan seluruh kekuatan dan energimu untuknya? Untuk sesosok yang tak tentu akhir ceritanya. Sadarlah. Ini buka bagian dari novel atau cerita indah di film yang bisa direkayasa begitu saja.” Nuraniku nalar
            

                Sekeras apapun naluriku nalar,sekeras itu pula alasan yang bergelayut dalam hati. Lagi-lagi alasan terbesar itu. Jangankan untuk menyapa,melihat saja sudah labih dari cukup. J
             

               “Mengapa? Mengapa kau lakukan ini untuk sosok yang belum tentu jadi apa yang kau inginkan. Belum tentu dia merupakan bagian dari cerita indah mu. Belum tentu ia menjadi mimpi terindah mu.”
            

                  Dan itulah kenyataan yang sudah ku persiapkan jauh-jauh hari. Bahwa aku memilihnya dengan akal sehatku. Dengan sadarku. Dengan tau dirirku dan dengan segala sesuatu yang akan terjadi setelahnya. J

Sabtu, 19 Januari 2013

Rahasia Besar



“Untuk apa dia lakukan ini. Lelaki jail. Dasar… !!” Reaksi Rossa setelah melihat box kecil diatas kursi taman belakang berserta kucing kecil,binatang yang sangat dibenci Rossa.
Tak lama waktu berselang,seorang yang membuat Rossa menafsir semalaman datang. Seperti biasa. Sweeter biru tua dan headset yang selalu menempel melingkar di telinganya berjalan menuju taman belakang rumah Rossa. Tempat favorit mereka sejak kecil. Luar biasa cuek. Tak pernah sedetikpun melihat sekitarnya. Tak pernah peduli dengan apa yang ada disekitarnya. Sekalipun ada kebakaran mungkin. Tapi itu juga yang membuat Rossa nyaman berteman dengannya. Reyhan Sidibjo namanya. Teman kecil Rossa. Sejak kecil sifatnya sama. Entahlah….
“Kenapa ngeliatin aku kaya gitu?” Bentaknya
“Kamu aneh. Mungkin kamu manusia teraneh yang diciptakan Tuhan untuk selalu menjaili ku”
“Bukankah kamu manusia yang diciptakan Tuhuk ku jaili Ross?”
“Dasar Aneh… sampai kapan?”
“Sampai aku bisa menemukan sosok yang bisa gu ganggu,hahaha” Tawanya puas.
Baru kali ini Reyhan tertawa lepas setulus itu. Teman kecil Rossa itu sudah dewasa sekarang. Betapa tidak? Sudah menginjak 17 tahun. Dan tak terasa 10 tahun sudah mereka berteman. Selain berteman,Reyhan juga menjadi  guru privat Rossa. Rossa sedikit lemah dalam bidang akademik. Dan Reyhanlah yang ,mebimbingnya selama ini.
“Rey…. Belakangan ini aku deket sama Roby,temen sekelas kamu”
“Jauhi dia secepatnya. Dia ga baik buat kamu.”  Jawabnya enteng
Rossa memutar otak untuk menyerap kalimat Reyhan barusan. Entahlah… kalimat itu dengan tidak disadari dilakukan Rossa.
“Aku udah ngejauh loh dari Roby. Udah berteman biasa.”
“Syukurlah.”
“Lalu apa alasan terkuatmu menyuruhku menjauh dari Roby?”
“Waktu yang akan menjwab.”
Tanpa lama lagi Rossa meneguk Jus Semangka di sampingnya. Rossa mengerti betul bahwa teman anehnya itu akan kesal dan langsung pergi kalau dipaksa. Mengingat Rossa sangat membutuhkannya untuk membimbingnya mengerjakan soal Matematika,Rossa diam dan mngalihkan pembicaraan.
“Untuk apa box kecil yang kamu taruh sini kemarin? Tanya Rossa penasaran
“Untukmu. Tulis apa saja yang ingin kamu tulis. Biar kamu ga curhat tiap hari. Aku pengang mendengarnya.” Jawabnya santai
Lagi-lagi Rossa diam dan mulai membuka bukunya. Malam itu Rossa benar-benar dibuatnya berfikir keras. Sampai bangun pagi pun masih saja memikirkan keanehan teman baiknya itu. Seperti biasa. Mereka berangkat kesekolah bersama.
Malam aneh bersama orang aneh. Duduk dibawah pohon Angsana dibawah luas langit. Mereka berdua terdiam dalam waktu beberapa menit. Rossa merasakan keanehan dan Reyhan pun sama. Mereka berdua canggung untuk memulai pembicaraan. Bukan seperti mereka berdua sebelumnya.
“Mana buku diari pemberianku? Udah nulis tentang siapa saja? Tanya Reyhan mengawali pembicaraan.
“Enak aja,kamu kira aku cewek apa?” Rengek Rossa
“Bercanda Ross” sambil mengacak rambut Rossa
Box kecil itu ternyata berisi buku diary. Reyhan merampasnya dari tangan Rossa. Dan ia membuka halaman pertama. Dan ternyata tentang Reyhan. Rossa menulis bahwa ia merasa reyhan berubah menjadi super cuek akhir-akhir ini dan Rossa merasa sedih karenanya.
“Ross… Aku minta maaf atas sikap ku akhir-akhir ini. Ada sesuatu yang aneh dari hubungan kita akhir-akhir ini. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Harusnya kamu mengurku ketika sikapku berubah. Sepertinya aku merasa sesuatu yang lebih dari apa yang aku rasakan dulu. Aku sayang kamu. Dan harusnya kamu tau alasan terkuatku menyuruhmu menjauh dari Roby.” Nalarnya jujur.
Rossa tercengan mendengarnya. Ia tersenyum simpul dan mulai menyadari bahwa sikap Reyhan yang berubah akhir-akhir ini karena rahasia besar ini. Dan Rossa menyadari bahwa teman kecilnya kini mampu merebut hatinya. Hati yang benar-benar untuk teman kecilnya.
“Sejak kapan?” Matanya berkaca
“Baru 3 tahun yang lalu. Bukan waktu yang lama,tapi aku tak tega melihatmu gelisah tiap hari karena sikapku belakangan.”


Senin, 14 Januari 2013

Angsana Terindah


“Kamu yang namanya Angsana ya?? “

Bukan seseakli aku memanggilnya. Tapi kenapa tiap kali aku berteriak,tiap itu juga dia tak menengok sedetikpun? Hahaha bagaimana tidak? Aku hanya memanggilnya dalam diam. Itulah kebiasaanku. Kebiasaan burukku mungkin. Tapi apa gunanya jika aku memanggilnya? Sama sekali tidak ada gunanya. Untuk itu aku lebih memilih memanggilnya dalam diam.

 “Jangan menoleh… Kamu benar-benar Angsana…!!”

Kalimat itu yang tiap kali ku katakan saat ia memalingkan wajahnya dari apapun yang ada dihadapannya. Entah….

“ Selamat pagi Angsana… Apakah kamu baik-baik saja pagi ini? “

Sapaan itu yang tiap kali terlontar saat bertemu dengannya pagi-pagi sekali. Dan tetap seperti biasa. Tak ada jawaban. Dan itu bukan masalah bagiku.. *tetap gigih

“ Apa yang terjadi padamu Sana?? Kenapa benda itu kamu pakai dari pagi tadi ? ”

Dan apakah kalian tau jawabannya?? Tentulah tak pernah terjawab..

Mungkin apa yang kulakukan tidak wajar. Tapi harus bertanya pada siapa lagi kalau bukan pada hatiku sendiri. Betapa tidak? Pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah terjawab olehnya. Sekalipun tak pernah terdengar olehnya. Dan sedetikpun tak pernah terlontar dari mulutku. Untuk apa aku melakukannya?? ENTAH……

Andai ada jutaan waktu yang diberikan Tuhan untukku. Aku hanya memohon sedetik saja untuk memanggilnya. Tapi apa yang bisa aku perbuat. Bisa-bisa air mataku jatuh lebih cepat daripada kata pertamaku. Betapa tidak? Melihatnya berjalan saja sudah membuatku hampir tak bisa berdiri. Sekalipun ia tak pernah semata-mata melihatku. Tapi aku manusia terutin yang selalu melihatnya dalam keadaan apapun.

Butuh berapa lama untukku mencari keindahan lain? Tak ada keindahan lain seindah Angsana. Bukan apa-apa. Dia Angsana terindah yang pernah kulihat. Entah apa yang bisa membuatku berdiri selama ini  sejak itu. Sejak tahun lalu,tahun lalu dan tahun lalunya lagi. Entah sejak kapan. Dan Angsana tetap Angsana yang kukenal. Angsana yang kukenal baik.

“ Semoga kau tetap Angsana terindahku sampai tahun berikutnya,berikutnya dan berikutnya lagi… “
Dan satu kalimat itulah do'a terkuatku…. J